Powered By Blogger

Senin, 03 Desember 2012

Nil, Pahlawan yang Tidak Mengenal Rasa Takut




Indikasi sekitar kemungkinan besar, PSSI akan mempertahankan kerangka Timnas AFF2012 dibawah asuhan Coach Nil Maizar, ternyata disambut dengan antusias oleh sebagaian besar pecinta dan komentator bola nasional.

Hal tersebut sekaligus membuktikan, bahwa Coach Nil telah berhasil menanamkan warna baru dalam karakter persepakbolaan nasional. Adanya karakter baru tersebut, juga diakui sendiri oleh pelatih Timnas Malaysia Rajagopal, pada saat berakhirnya duel El Classico Asean antara Timnas Indonesia vs Timnas Malaysia, yang berakhir dengan kekalahan Timnas Indonesia 2-0. Dalam penjelasaanya, Rajagopal mengatakan ‘’ Timnas Indonesia sangat berbeda dengan Timnas AFF2010. Dan mereka punya masa depan’’.

Pernyataan spontanitas Rajagopal bukanlah datang tanpa alasan. Tentu saja karena ia melihat strategi permainan Timnas Indonesia sangat berbeda dari timnas sebelum-sebelumnya, yang sudah sangat ia kenal. Bahkan di menit-menit awal, Timnas Malaysia harus habis-habisan mempertahankan gawangnya dari gempuran Timnas Indonesia. Walaupun akhirnya keberuntungan tetap berada di pihak Malaysia.

Di Indonesia, memang banyak kita temui pelatih hebat, walaupun untuk level sepak bola nasional. Rahmad Darmawan (RD) yang terkenal dengan tangan dinginnya, karena telah berhasil membawa beberapa klub ISL menuai sukses di beberapa ajang kompetisi antar klub, terakhir adalah prestasi yang lumayan di saat menangani Tim Junior PSSI, yang berlaga di ajang Sea Games. Telah dikenang oleh khalayak bola nasional sebagai pelatih yang berkemampuan khusus. Sayangnya, RD dianggap kurang memiliki keberanian yang cukup. Buktinya ia mengundurkan diri dari kepelatihan Timnas dengan alasan, tidak bisa memilih pemain terbaik akibat terjadinya dualisme dalam pengelolaan bola nasional.

Alfred Ridle (AR), pelatih berkebangsaan Austria, sebagaian khalayak bola nasional menganggapnya telah berhasil membawa bola nasional sedikit lebih maju. Apalagi setelah Timnas AFF2010 berhasil meraih Runner Up dalam perhelatan bola paling bergengsi di Negara-negara Asean tersebut, pada tahun 2010. Namun AR masih dianggap tidak mempunya keberanian. Buktinya di era kepelatihannya, AR tidak mau memberikan kesempatan kepada pemain yang bertalenta dan bermain di IPL, untuk bergabung kedalam Timnas, padahal pemerintah sendiri sudah memberikan lampu hijau untuk hal tersebut.

Berbeda dengan Nil Maizar (NM), di saat pelatih-pelatih hebat nasional menjauhkan diri dalam melatih Timnas, NM justeru rela meninggalkan puncak karirnya di Semen Padang, semata-mata demi memenuhi panggalan Negara. Dengan ruang yang sangat terbatas, NM malah siap menerima tongkat amanah untuk melatih Timnas Indonesia. Keterbatasan opsi dalam memilih pemain bukan alasan baginya. Kenapa? Karena sedari awal memang niatnya ingin mengabdi kepada Negara dengan berbagai daya yang dimilikinya. Hebatnya, ia malah secara gamblang berani memanggil semua pemain nasional yang berkualitas baik yang bermain di LPI maupun LSI. Lucunya, malah pengelola LSI yang kalang kabut, ancam sana ancam sini, untuk memblok para pemainnya bergabung dalam Timnas besutan NM (Nyala Mattaliti atau KPSI)

Nil adalah sosok patriot, ibaratnya Bung Hatta Kecil putra Minang Kabau. Demi membela nama Negara ia berani mengeyahkan semua rasa takut dan ancaman. Serta mampu berbuat maksimal untuk negerinya dalam ruang yang sangat terbatas. Yaitu suatu sifat yang sangat langka dan susah untuk dijumpai di era saat ini. Karena sebagian besar masih lebih mementingkan gemerlapnya tahta dan harta yang melimpah, ketimbang memenuhi panggilan Ibu Pertiwi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar